Hai hujan?...
Sebenernya aku benci banget sama hujan, entah kenapa aku
selalu merasa takut kalo mulai turun hujan. Padahal banyak sekali memori-memori
yang tertinggal bersama hujan. Dulu sewaktu aku kecil aku sangat suka kalo
cuaca mulai mendung dan akhirnya turun hujan. Saat hujan aku dan teman-teman
suka main air sambil berlari hujan-hujanan padahal ayah dan ibu sering
memarahiku kalau aku nekat main air hujan, tapi semua itu gak bikin aku kapok justru hari-hariku sangat bahagia
dibawah turunnya air hujan.
Karna saat itu musim hujan dan jalanan pun becek dan
banyak genangan lumut dan air hujan aku terpeleset jatuh tapi kejadian itu juga
gak bisa membuat aku benci dengan musim hujan. Bagi anak kecil di negara tropis
seperti indonesia musim hujan merupakan musim yang sangat menyenangkan.
Disamping rumahku waktu dulu ada pohon jambu dan beberapa
tumbuh bunga-bunga liar yang indah, waktu musim hujan disana sering terbentuk
genangan-genangan air yang lumayan lebar. Tak ingin aku lewatkan momen itu aku
suka meminta ayah untuk membuatkanku perahu kertas lalu aku letakan perahu
kertas itu diatas genangan air dan imajinasiku mulai berjalan. Genangan air itu
adalah sebuah danau dan perahu kertas itu adalah sebuah perahu nelayan yang
sedang mencari ikan.
Sewaktu sore tiba dan langitpun mulai cerah ibu
memandikanku, sebelum aku mandi aku mengumpulkan bunga-bunga liar yang tumbuh
didekat genagan air tersebut dan pada saat aku mandi bunga-bunga liar itu aku
letakan didalam bak mandiku, dan akupun berimajinasi lagi, layaknya putri dari kerajaan
yang sedang mandi didalam kumpulan bunga-bunga mawar, akupun jadi semakin
semangat untuk mandi dan akhirnya aku tidak mau berhenti mandi dan ibupun
kembali memaksaku.
Keesokan paginya aku bermain kembali bersama kakaku yang
9tahun lebih tua dariku, tas mainan, uang-uangan yang terbuat dari sobekan
kertas, dan high heels yang terbuat dari pecahan-pecahan genteng lalu diikat
dengan karet supaya terlihat tinggi seperti high heels dan akhirnya kami
berpura-pura berbelanja sayuran padahal kami hanya memetik dedaunan dari kebun.
Suatu hari hujan telah membasahi bumi, saat itu aku
sedang tidak bergairah untuk bermain air alhasih akupun duduk sambil melihat
gemericik air dari balik kaca jendela, ibu membuatkanku teh hangat, lalu
temanku datang kerumah dan mengajakku agar ikut bermain dengannya tapi aku
menolaknya dan menawarkannya untuk minum teh bersama ku, temanku pun mau dan
ketika ia hendak meminum tehku dia tak sengaja menarik taplak meja dan alhasil
teh hangatku pun terjatih dan gelasnya juga pecah. Tanpa pikir panjang temanku
pun pergi meninggalkanku dan akhirnya ibu memarahiku padahal aku sudah berusaha
mengatakan yang sebenarnya tapi ibu tidak percaya.
Kisah yang lainnya juga datang dari musim hujan
berikutnya, saat itu aku dan teman-teman sedang bermain di kebun pisang belakang
rumahku, kali ini aku bermain dengan anak laki-laki yang umurnya 2-3 tahun
lebih tua dariku sebut saja ia rizki, dia berusaha mengeluarkan air yang ada
dalam batang pohon pisang dengan cara menusuk-nusuknya dengan sebuah batang kayu
yang telah diruncingkan ujungnya. Dan akhirnya rencananya pun berhasil mulus,
sejak saat itu aku baru tahu kalo didalam batang pohon pisang terdapat air
didalamnya.
Kejadiannya tidak sampai disitu, dulu ketika aku kecil
aku suka BAB dikebun tepatnya sama dikebun pisang belakang rumah bersama
teman-teman, kami berbaris dan merentangkan tangan katanya “kalau tangannya
kena satu sama lain nanti matinya bareng” tapi kini aku tahu bahwa itu adalah
mitos anak-anak jaman dulu yang BABnya masih dikebun. Alkisah ada seekor ulat
bulu ditempat kami BAB tersebut, dan akhirnya kami pun semua terkena
gatal-gatal, maklumlah saat itu sedang musim penghujan hewan-hewan seperti itu
akan semakin banyak dijumpai karna keadaan cuaca yang lembap.
Berhubung aku tinggal dikampung, semasa kecil khususnya
sewaktu musim hujan hari-hariku dihabiskan untuk bermain disawah untuk mencari
jamur padi, yah namanya juga anak kecil entah untuk apa jamur itu, tapi kalo
aku dapat banyak ibu pasti memasakannnya untuku. Sungguh mengasyikan pagi-pagi
disaat cuaca masih segar kami bermain mengelilingi sawah melompati sungai kecil
untuk mengairi sawah para petani dan bermain bergembira disana, sungguh
saat-saat itu tak akan pernah bisa kulupakan.
Aku masih ingat saat itu aku suka ikut dengan ibuku untuk
mengambil air dari kampung sebrang, kami harus melewati sawah untuk sampai pada
tujuan, kalo ibu sudah lelah kami berhenti sejenak diatas bukit kecil yang ada
ditengah sawah, dibukit itu juga ada pohon kecil dan kami suka berteduh dibawah
pohon itu setelah itu barulah kita melanjutkan perjalanan pulang. Pohon dan
bukit kecil itu hingga kini masih tegak dan kokoh dikelilingi sawah dan padi
yang menghijau, namun pohon itu sekarang terlihat amat tua, pohon itu adalah
saksi bisu tempat bermainku bersama ibuku.
Ketika aku pulang sekolah, saat itu hujan turun begitu
derasnya, aku dan teman-teman pulang dengan mencangking sepatu dan kaos kaki
dan berjalan menuruti rel kereta api, maklumlah belakang gedung sekolahku
adalah rel kereta api jadi setiap aku pergi maupun pulang sekolah aku selalu
melewati rel kereta api tersebut bersama teman-teman, dengan berjalan diatas
rel sambil merentangkan tangan atau kadang-kadang saling berpegangan tangan
supaya keseimbangan tetap terjaga sangat berharganya persahabatan waktu itu.
Lanjut cerita hujan telah membanjiri setengah perjalalannku, tapi aku dan
teman-teman sangat gembira dengan hal itu, karena kami bisa bermain air dan
sengaja hujan-hujanan.
Kisah yang lainnya ketika aku dan kawan-kawan sedang
berjalan menuju sekolah dengan melewati jalan kasayangan kami yaitu rel kereta
api, tak disangka ada seseorang yang membuang boneka yang rupanya amat
menyeramkan seperti boneka chaki. Berhubung waktu itu sedang tenar-tenarnya
film chaki akhirnya anak-anak laki-laki menakut nakuti kami bahwa itu adalah
boneka chaki dan akhirnya aku dan kawan-kawan berlari terbirit-birit di rel
kereta api, saat itu untuk beberapa hari aku tidak pergi kesekolah dari jalan
rel kereta api tersebut.
Dikampung sebelah ada seseorang yang memiliki empang,
saat itu musim hujuan dan empangnya meluap dan akhirnya ikan-ikan yang ada
didalam empang tersebut dikabarkan keluar dan mendarat di sawah-sawah,
mendengar kabar itu aku sebagai anak kecil yang aktif mengajak ayahku untuk
menangkap ikan tersebut, ayahku tak habis menolak keinginanku, akhirnya aku dan
ayah pergi ke sawah dan mencari ikan. Saat itu bukan kami saja yang mencoba
peruntungan untuk menangkap ika, tapi disana aku bertemu dengan teman sekolahku
dan mencari ikan bersama-sama. Ayahku hanya mengawasiku dari kejauhan sambil
berbincang-bincang dengan orang tua lainnya. Hari sudah mulai gelap tapi tak
satupun ikan yang kudapat, tapi tak apa setidaknya keseruan dan kegembiraan
telah aku dapatkan saat momen itu.
Itulah keseruan dimusim hujan, sebenarnya masih banyak
memori-memori yang terukir pada musim hujan namun tak mungkin rasanya aku
menceritakan semuanya karna terlalu banyak dan panjangnya kisah-kisah yang
lucu, seru dan menggelitikan itu.