Sabtu, 07 Februari 2015

hai hujan?...



Hai hujan?...

Sebenernya aku benci banget sama hujan, entah kenapa aku selalu merasa takut kalo mulai turun hujan. Padahal banyak sekali memori-memori yang tertinggal bersama hujan. Dulu sewaktu aku kecil aku sangat suka kalo cuaca mulai mendung dan akhirnya turun hujan. Saat hujan aku dan teman-teman suka main air sambil berlari hujan-hujanan padahal ayah dan ibu sering memarahiku kalau aku nekat main air hujan, tapi semua itu gak bikin  aku kapok justru hari-hariku sangat bahagia dibawah turunnya air hujan.
Karna saat itu musim hujan dan jalanan pun becek dan banyak genangan lumut dan air hujan aku terpeleset jatuh tapi kejadian itu juga gak bisa membuat aku benci dengan musim hujan. Bagi anak kecil di negara tropis seperti indonesia musim hujan merupakan musim yang sangat menyenangkan.
Disamping rumahku waktu dulu ada pohon jambu dan beberapa tumbuh bunga-bunga liar yang indah, waktu musim hujan disana sering terbentuk genangan-genangan air yang lumayan lebar. Tak ingin aku lewatkan momen itu aku suka meminta ayah untuk membuatkanku perahu kertas lalu aku letakan perahu kertas itu diatas genangan air dan imajinasiku mulai berjalan. Genangan air itu adalah sebuah danau dan perahu kertas itu adalah sebuah perahu nelayan yang sedang mencari ikan.
Sewaktu sore tiba dan langitpun mulai cerah ibu memandikanku, sebelum aku mandi aku mengumpulkan bunga-bunga liar yang tumbuh didekat genagan air tersebut dan pada saat aku mandi bunga-bunga liar itu aku letakan didalam bak mandiku, dan akupun berimajinasi lagi, layaknya putri dari kerajaan yang sedang mandi didalam kumpulan bunga-bunga mawar, akupun jadi semakin semangat untuk mandi dan akhirnya aku tidak mau berhenti mandi dan ibupun kembali memaksaku.
Keesokan paginya aku bermain kembali bersama kakaku yang 9tahun lebih tua dariku, tas mainan, uang-uangan yang terbuat dari sobekan kertas, dan high heels yang terbuat dari pecahan-pecahan genteng lalu diikat dengan karet supaya terlihat tinggi seperti high heels dan akhirnya kami berpura-pura berbelanja sayuran padahal kami hanya memetik dedaunan dari kebun.
Suatu hari hujan telah membasahi bumi, saat itu aku sedang tidak bergairah untuk bermain air alhasih akupun duduk sambil melihat gemericik air dari balik kaca jendela, ibu membuatkanku teh hangat, lalu temanku datang kerumah dan mengajakku agar ikut bermain dengannya tapi aku menolaknya dan menawarkannya untuk minum teh bersama ku, temanku pun mau dan ketika ia hendak meminum tehku dia tak sengaja menarik taplak meja dan alhasil teh hangatku pun terjatih dan gelasnya juga pecah. Tanpa pikir panjang temanku pun pergi meninggalkanku dan akhirnya ibu memarahiku padahal aku sudah berusaha mengatakan yang sebenarnya tapi ibu tidak percaya.
Kisah yang lainnya juga datang dari musim hujan berikutnya, saat itu aku dan teman-teman sedang bermain di kebun pisang belakang rumahku, kali ini aku bermain dengan anak laki-laki yang umurnya 2-3 tahun lebih tua dariku sebut saja ia rizki, dia berusaha mengeluarkan air yang ada dalam batang pohon pisang dengan cara menusuk-nusuknya dengan sebuah batang kayu yang telah diruncingkan ujungnya. Dan akhirnya rencananya pun berhasil mulus, sejak saat itu aku baru tahu kalo didalam batang pohon pisang terdapat air didalamnya.
Kejadiannya tidak sampai disitu, dulu ketika aku kecil aku suka BAB dikebun tepatnya sama dikebun pisang belakang rumah bersama teman-teman, kami berbaris dan merentangkan tangan katanya “kalau tangannya kena satu sama lain nanti matinya bareng” tapi kini aku tahu bahwa itu adalah mitos anak-anak jaman dulu yang BABnya masih dikebun. Alkisah ada seekor ulat bulu ditempat kami BAB tersebut, dan akhirnya kami pun semua terkena gatal-gatal, maklumlah saat itu sedang musim penghujan hewan-hewan seperti itu akan semakin banyak dijumpai karna keadaan cuaca yang lembap.
Berhubung aku tinggal dikampung, semasa kecil khususnya sewaktu musim hujan hari-hariku dihabiskan untuk bermain disawah untuk mencari jamur padi, yah namanya juga anak kecil entah untuk apa jamur itu, tapi kalo aku dapat banyak ibu pasti memasakannnya untuku. Sungguh mengasyikan pagi-pagi disaat cuaca masih segar kami bermain mengelilingi sawah melompati sungai kecil untuk mengairi sawah para petani dan bermain bergembira disana, sungguh saat-saat itu tak akan pernah bisa kulupakan.
Aku masih ingat saat itu aku suka ikut dengan ibuku untuk mengambil air dari kampung sebrang, kami harus melewati sawah untuk sampai pada tujuan, kalo ibu sudah lelah kami berhenti sejenak diatas bukit kecil yang ada ditengah sawah, dibukit itu juga ada pohon kecil dan kami suka berteduh dibawah pohon itu setelah itu barulah kita melanjutkan perjalanan pulang. Pohon dan bukit kecil itu hingga kini masih tegak dan kokoh dikelilingi sawah dan padi yang menghijau, namun pohon itu sekarang terlihat amat tua, pohon itu adalah saksi bisu tempat bermainku bersama ibuku.
Ketika aku pulang sekolah, saat itu hujan turun begitu derasnya, aku dan teman-teman pulang dengan mencangking sepatu dan kaos kaki dan berjalan menuruti rel kereta api, maklumlah belakang gedung sekolahku adalah rel kereta api jadi setiap aku pergi maupun pulang sekolah aku selalu melewati rel kereta api tersebut bersama teman-teman, dengan berjalan diatas rel sambil merentangkan tangan atau kadang-kadang saling berpegangan tangan supaya keseimbangan tetap terjaga sangat berharganya persahabatan waktu itu. Lanjut cerita hujan telah membanjiri setengah perjalalannku, tapi aku dan teman-teman sangat gembira dengan hal itu, karena kami bisa bermain air dan sengaja hujan-hujanan.
Kisah yang lainnya ketika aku dan kawan-kawan sedang berjalan menuju sekolah dengan melewati jalan kasayangan kami yaitu rel kereta api, tak disangka ada seseorang yang membuang boneka yang rupanya amat menyeramkan seperti boneka chaki. Berhubung waktu itu sedang tenar-tenarnya film chaki akhirnya anak-anak laki-laki menakut nakuti kami bahwa itu adalah boneka chaki dan akhirnya aku dan kawan-kawan berlari terbirit-birit di rel kereta api, saat itu untuk beberapa hari aku tidak pergi kesekolah dari jalan rel kereta api tersebut.
Dikampung sebelah ada seseorang yang memiliki empang, saat itu musim hujuan dan empangnya meluap dan akhirnya ikan-ikan yang ada didalam empang tersebut dikabarkan keluar dan mendarat di sawah-sawah, mendengar kabar itu aku sebagai anak kecil yang aktif mengajak ayahku untuk menangkap ikan tersebut, ayahku tak habis menolak keinginanku, akhirnya aku dan ayah pergi ke sawah dan mencari ikan. Saat itu bukan kami saja yang mencoba peruntungan untuk menangkap ika, tapi disana aku bertemu dengan teman sekolahku dan mencari ikan bersama-sama. Ayahku hanya mengawasiku dari kejauhan sambil berbincang-bincang dengan orang tua lainnya. Hari sudah mulai gelap tapi tak satupun ikan yang kudapat, tapi tak apa setidaknya keseruan dan kegembiraan telah aku dapatkan saat momen itu.
Itulah keseruan dimusim hujan, sebenarnya masih banyak memori-memori yang terukir pada musim hujan namun tak mungkin rasanya aku menceritakan semuanya karna terlalu banyak dan panjangnya kisah-kisah yang lucu, seru dan menggelitikan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar